Kekeruhan pada dasarnya adalah pengukuran seberapa berawan atau menghapus air, atau, dengan kata lain, bagaimana dengan mudah cahaya dapat ditransmisikan melalui itu. Sebagai sedimen dan padatan tersuspensi lainnya peningkatan air, jumlah cahaya yang bisa melewati penurunan air. Dengan demikian, cloudier air, semakin besar kekeruhan. Sebagai ganggang, sedimen, atau padat peningkatan limbah di dalam air, sehingga tidak kekeruhan.

Kekeruhan mempengaruhi organisme yang secara langsung tergantung pada cahaya, seperti tanaman air, karena membatasi kemampuan mereka untuk melakukan fotosintesis. Hal ini, pada gilirannya, mempengaruhi organisme lain yang bergantung pada tanaman ini untuk makanan dan oksigen.

Para ilmuwan sering menganggap kekeruhan air sehubungan dengan faktor-faktor lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari sebab dan akibatnya. Misalnya, tingginya tingkat kekeruhan dapat mengidentifikasi masalah dengan erosi pantai, atau fasilitas pengolahan limbah tidak berfungsi dengan baik.

Perubahan warna dan peningkatan kekeruhan air dapat diketahui secara visual, sedangkan penciuman dapat mendeteksi adanya perubahan bau pada air serta peraba pada kulit dapat membedakan suhu air, selanjutnya rasa tawar, asin dan lain sebagainya dapat dideteksi oleh lidah. Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif, karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa. Kekeruhan ini disebabkan air mengandung begitu banyak partikel tersuspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna dan kotor.

Menurut beberapa ahli  menyatakan bahwa adanya zat-zat tersuspensi dalam perairan akan menimbulkan kekeruhan pada perairan tersebut dan kekeruhan ini akan mempengaruhi ekologi dalam hal penurunan cahaya yang mencolok.

Turbiditas pada ekositem perairan juga sangat berhubungan dengan kedalaman, kecepatan arus, tipe substrat dasar, dan suhu perairan. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik. Peningkatan kekeruhan pada ekosistem perairan juga akan berakibat terhadap mekanisme pernafasan organisme perairan. Apabila kekeruhan semakin tinggi maka sebagian materi terlarut tersebut akan menempel pada bagian rambut-rambut insang sehingga kemampuan insang untuk mengambil oksigen terlarut menjadi menurun, bahkan pada tingkat kekeruhan tertentu dapat menyebabkan insang tidak dapat berfungsi dan menyebabkan kematian.

Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah satu parameter mutu yang sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-kadang diabaikan karena dianggap sudah cukup dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada, padahal hal tersebut dapat berpengaruh terhadap mutu. Oleh sebab itu, untuk mengendalikan mutu dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter.

Ada beberapa cara praktis memeriksa kualitas air, pertama dengan ukuran redaman (pengurangan kekuatan) cahaya saat melewati kolom sampel air. Kekeruhan diukur dengan cara ini menggunakan alat yang disebut nephelometer dengan setup detektor ke sisi sinar. Satuan kekeruhan dari nephelometer dikalibrasi disebut Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Kekeruhan di danau, waduk, saluran, dan laut dapat diukur dengan menggunakan Secchi disk (Keping Secchi).  Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
  • Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang.
  • Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh.
  • Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar
Powered by Blogger.